From 1000 goto 2000


Penelitian Tentang Social Network dari Ofcom

Baru saja Ofcom mengeluarkan laporan ilmiah kuantitatif dan kualitatifnya tentang jejaring sosial (social network). Penelitian ini membahas perilaku, sikap, dan cara penggunaan jejaring sosial. Untuk baca lebih detil, langsung saja unduh laporannya di tautan ini. Sangat bermanfaat untuk para profesional di dunia branding dan mahasiswa yang butuh referensi ilmiah tentang jejaring sosial.

update by resep.web.id
OpenSocial kayaknya makin menarik yah..
Sayang Trafiknya kesedot ke Luar negeri semua..Kita Untung Bangsa gak Untung! Oh ya apa perlu kita-kita bikin kampanye Cintailah Website Dalam Negeri! Seperti sebelumnya kita kampanyekan Cintailah Produk Dalam Negeri? Website social network lokal juga unjuk gigi: http://www.kombes.com

Bagaimana dengan kombes.com? Pasti! Karena fungsinya sama, kombes.com juga bisa meningkatkan produktivitas kerja. Efeknya mungkin bisa lebih dibanding facebook, khusus untuk orang-orang indonesia!

Melalui laporan penelitian ini, dijabarkan kategori pengguna situs jejaring sosial:

Alpha Socializers.
Tipikal pengguna yang ramai-ramai hanya pada saat bergabung. Ia cari kenalan kesana kemari, mengkontak temannya teman. Ia merasa lebih aman mencari temannya teman, dibanding langsung berkenalan dengan orang asing sama sekali. Jumlahnya minoritas, pria berusia di bawah 25 tahun.

Attention Seekers.
Tipikal pengguna yang suka mencari perhatian. Kadang dengan cara yang ekstrim, seperti memasang foto yang provokatif. Ia sangat sering merubah tampilan profilnya, dari data hingga desain skin. Ia gemar mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya, meski ia hanya mau berinteraksi dengan sebagiannya saja. Biasanya, identitas aslinya adalah seorang yang insecure (tidak nyaman dengan dirinya sendiri) dan aktivitas di dunia online memberinya kesempatan besar sebagai ajang pamer diri. Kebanyakan wanita dari usia remaja hingga 35 tahun.

Followers.
Tipikal ikut-ikutan kemana temannya berada. Tujuannya bergabung lebih ke tren. Ia bukan seorang yang aktif mencari-cari teman, seperti tipikal Alpha Socializers dan Attention Seekers. Ini banyak berlaku umum untuk pria dan wanita di banyak jenjang usia.

Faithfuls.
Tipikal pengguna yang punya kepercayaan diri tinggi. Ia sudah merasa nyaman dengan kondisi sosial yang dimilikinya sekarang. Jejaring sosial lebih sebagai alat baginya untuk mencari kontak teman-temannya yang lama. Ia cenderung akan menolak orang yang tidak ia kenal untuk dijadikan sebagai daftar teman/kontaknya. Tipikal ini kebanyakan didapat pada mereka yang berusia di atas 20 tahun.

Functionals.
Tipikal pengguna yang melihat jejaring sosial dari satu kebutuhan saja, misal: mencari grup musik, mencoba fitur. Ia kurang tertarik untuk berkomunikasi dengan pengguna lain atau meninggalkan komentar. Pertemanan dalam jejaring sosial hanya terbatas pada orang yang ia kenal dan punya kesamaan minat atau hobi. Jumlahnya minoritas, pria di atas 20 tahun.

Selain itu, penelitian ini juga membahas pengguna internet yang tidak berminat bergabung dalam jejaring sosial. Alasan-alasan yang dikemukakan dikategorikan sebagai berikut:

Perhatiannya akan masalah keselamatan (safety).
Merasa kalau dengan jejaring sosial akan membuat dirinya terekspos, dan membuatnya rawan dijadikan target kejahatan baik secara online ataupun offline.

Tidak memiliki pengalaman teknis.
Kebanyakan adalah orang berusia di atas 30 tahun yang memang tidak nyaman berhubungan dengan komputer, dan lebih memilih komunikasi tradisional.

Kaum penolak intelektual.
Merasa kalau jejaring sosial itu hanya membuang waktu yang tidak perlu. Kebanyakan adalah para remaja individualis yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah daripada berhubungan dengan teknologi.

Penelitian Ofcom ini lebih banyak membahas 2 bagian di atas. Namun, laporannya sangat lengkap karena dijelaskan pula pengenalan dasar, sejarah jejaring sosial, serta keuntungan dan ancaman yang berpotensi muncul di dalamnya. Khusus tentang masalah safety, laporan penelitian ini juga membahas detil tentang ragam penyalahgunaan yang menyangkut isu pribadi.

sumber:

1. media-ide.bajingloncat.com

2. http://www.resep.web.id/relationship/penelitian-tentang-social-network-dari-ofcom.htm


65 Persen Karyawan Pengguna Social Networking, Jauh Lebih Efisien

Banyak pandangan dari segi bisnis dan pengusaha yang melihat social networking atau jejaring social sebagai hal yang tidak lebih dari pengrusakan mental karyawan. Namun, berbeda halnya dengan survey yang dilakukan oleh peneliti dari AT&T, bahwa karyawan yang menggunakan tool jejaring social di workplace atau di jam kerja, sangat efisien.

update by resep.web.id
OpenSocial kayaknya makin menarik yah..
Sayang Trafiknya kesedot ke Luar negeri semua..Kita Untung Bangsa gak Untung! Oh ya apa perlu kita-kita bikin kampanye Cintailah Website Dalam Negeri! Seperti sebelumnya kita kampanyekan Cintailah Produk Dalam Negeri? Website social network lokal juga unjuk gigi: http://www.kombes.com

Bagaimana dengan kombes.com? Pasti! Karena fungsinya sama, kombes.com juga bisa meningkatkan produktivitas kerja. Efeknya mungkin bisa lebih dibanding facebook, khusus untuk orang-orang indonesia!

Survei tesebut dilakukan terhadap 2,500 karyawan yang ada di lima negara Eropa, dengan hasil 65 persen menunjukkan bahwa karyawan yang menggunakan jejaring social telah membuat pekerjaan mereka menjadi lebih efisien. Sedangkan 46 persen atau hampir separuh responden menyatakan bahwa mereka lebih lancar dalam mengeluarkan ide-ide baru dan kreativitas personal.

AT&T menyatakan mereka percaya terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan jejaring social dan komunitas online di tempat kerja, setelah adanya survey tersebut. Keyakinan ini didasari atas alasan bahwa situs jejaring social dan komunitas online merupakan source knowledge yang bagus dan bisa menyediakan jawaban atas berbagai masalah. Survei tersebut juga mengumpulkan knowledge dari karyawan, pelanggan dan supplier mengenai adanya jejaring social di tempat kerja, termasuk dalam membangun team dan kolaborasi internal yang lebih baik.

Namun, hasil survey menyatakan bahwa jejaring social menguntungkan, tapi bukan tanpa masalah. Setengah dari responden mengatakan bahwa jejaring social dapat merusak kinerja karyawan, dan 45 persen sisanya mengekspresikan tidak mengetahui informasi mengenai dampak jejaring social lebih jauh.

Martin Silman, director executive dari AT&T menyatakan bahwa perubahan lingkungan kerja lebih ke sociological dibandingkan ke technological. Perusahaan yang mencanangkan kolaborasi situs di tempat kerja sekitar 39 persen perusahaan, diikuti oleh penggunaan forum internal sebesar 20 persen, dan 16 persen perusahaan yang menggunakan material video corporate. Sementara jejaring social online menempati peringkat keempat, mengalahkan kolaborasi situs di Internet dan situs blogging.

“Penelitian tersebut membuktikan dengan jelas bahwa pengguna bisnis senang menggunakan teknologi Web 2.0 untuk menyatukan kolaborasi, menambah produktivitas karyawan, dan membuat bisnis yang efisien. Namun, perlu dipikirkan juga mengenai implikasi dari strategi jaringan internal perusahaan dan equipment yang dibutuhkan untuk memperlancar jejaring social.” kata Silman.

sumber:

1. beritanet.com

2. http://www.resep.web.id/career/65-persen-karyawan-pengguna-social-networking-jauh-lebih-efisien.htm